Monday, May 19, 2014

NEWS

Senyum bangga terpancar jelas dari raut wajah Machmud Luthfi Huzain. Dengan penuh semangat, diangkatnya tinggi-tinggi trophy kemenangan, seolah ingin menunjukkan bahwa dia siap menerbangkan segala mimpi dan harapannya menjadi seorang entrepreneur sukses.

Keyakinannya ketika mempertahankan ide bisnis kreatif yang diselingi gaya khas jenakanya, telah mengambil hati para juri di malam puncak Grand Final Wismilak Diplomat Success Challenge 2013 di Ballroom salah satu hotel berbintang bilangan Sudirman, Kamis malam  (14/11/2013).

Lajang kelahiran, 6 Agustus 1990 yang datang dengan proposal bisnis berjudul Spirulina sebagai Suplemen Makanan ini, berhasil menyisihkan sekitar 1.500 peserta yang ikut dalam kompetisi kewirausahaan yang diselenggarakan Wismilak Group.

Ide bisnis yang disajikannya memang terbilang baru di Indonesia yakni mengolah microalgae spirulina menjadi suplemen makanan. Microalgae spirulina merupakan tumbuhan bersel satu yang hidup di air, berbentuk kumparan spiral, berpigmen hijau-biru, dan berkembang biak dengan membelah diri.

Sudah sejak dulu spirulina dikenal sebagai sumber nutrisi nabati terlengkap, karena mengandung sekitar 60% hingga 70% protein. Selain itu juga memiliki multivitamin lengkap, mineral, antioksidan tinggi dan bersenyawa aktif sehingga sangat baik dijadikan sebagai makanan fungsional yang bersifat alami.

Pangsa pasarnya pun sangat tinggi seiring dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup dan makanan sehat yang memiliki multivitamin tinggi. Sebagai bahan dasar, spirulina juga sangat dibutuhkan untuk produksi berbagai obat-obatan herbal.

“Dengan mencampurkan spirulina, makanan dan minuman akan memiliki nutrisi yang tinggi. Di luar negeri, microalgae spirulina ini digunakan sebagai konsumsi dan suplemen para astronot sehingga mereka tidak perlu membawa makanan lagi,” ujarnya.

Sayangnya, selama ini spirulina lebih banyak diimpor dari luar negeri terutama China. Di Indonesia, baru ada sekitar empat pelaku usaha sejenis, salah satunya Machmud yang membangun usaha di bawah bendera CV Neoalgae Technology.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memang memiliki motivasi tinggi ketika mengikuti kompetisi tersebut. Sebab, dia  membutuhkan tambahan modal usaha sebesar Rp500 juta untuk memperluas lahan guna meningkatkan kapasitas produksi hingga 500 kg per bulan, yang saat ini hanya sekitar 30 kg per bulan.

“Permintaan sangat besar. Saat ini saja, sudah ada yang menunggu, dan bila saya memproduksi 780 kg per bulan sudah pasti akan terserap. Sekarang, saya hanya bisa menghasilkan 30 kg per bulan.
Setidaknya, untuk tahap awal saya membutuhkan Rp500 juta untuk membuka lahan dari 160 meter menjadi 3000 meter sehingga produksi bisa meningkat menjadi 500 kg. Dan ini bisa saya dapatkan dari kompetisi ini,” tuturnya penuh semangat.

Memulai usahanya sejak awal 2013, alumnus Universitas Diponegoro angkatan 2008 ini merogoh kocek sebesar Rp30 juta  untuk membuat kolam budidaya microalgae spirulina serta berbagai perlengkapan produksi.

Dua bulan usaha, Machmud sempat mengalami kegagalan. Namun, hal tersebut tidak menghambat langkahnya. Kecintaannya terhadap duniamicrobiology dan produk herbal membuatnya terus melakukan perbaikan dan inovasi sehingga tercipta formulasi yang tepat.

“Membudidayakan alga langsung di lapangan tidak semudah ketika di laboratorium, karena banyaknya kontaminasi alga lokal sehingga harus memahami sifat-sifatnya agar alga yang tidak diperlukan bisa mati.”

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengakui sejak duduk di bangku sekolah dia sudah berkecimpung dalam bisnis MLM obat-obatan herbal, dan mengetahui bahwa spirulina merupakan bahan utama produk tersebut.

Di sisi lain, ketika mengenyam pendidikan di Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Machmud pun sangat jatuh cinta dengan ilmumicroorganism. Dia rajin melakukan penelitian dan uji coba  selama kurun waktu 3 tahun sejak kuliah sehingga ditemukanlah formulasi yang tepat.

Produknya pun kini telah mendapatkan certificate of analyze, izin depkes, dan sertifikasi halal sehingga lebih memudahkannya untuk memasarkan kepada para pelaku usaha di Indonesia. Karena sudah lama berkecimpung dalam MLM obat-obatan herbal, dia pun mencoba memasarkannya kepada para pelaku UKM yang memproduksi herbal.

“Produk saya punya kelebihan sertifikat halal dari pada yang diimpor sehingga ini menjadi kelebihan. Saya juga rajin memberikan edukasi dan penjelasan kepada masyarakat,” ujar pria kelahiran Sukoharjo.

Dengan kapasitas yang masih sekitar 30 kg per bulan, saat ini Machmud baru bisa memenuhi kebutuhan dua pelanggan.
Dengan komposisi 100% alami, dan bersertifikat halal, produknya pun mulai dilirik pasar. Apalagi, bila dibandingkan dengan produk buata Amerika yang dibanderol sekitar 60 euro dan 75 euro per kg, dia melihat produk ini potensial untuk diekspor. Apalagi di Indonesia yang beriklim tropis, pembudidayaan spirulina bisa dilakukan sepanjang tahun.

“Bisnis ini sangat potensial dan menguntungkan. Setidaknya, dengan omzet Rp15 juta, saya bisa dapat keuntungan 75%. Jika kapasitas produksi lebih besar, keuntungannya pun bisa lebih tinggi lagi,” tuturnya.(bisnis.com)

No comments:

Post a Comment